Permintaanmubagi-NYA (agar Allah mendekatkan dirimu) menunjukan engkau jauh dari-NYA. Engkau meminta kepada selain-NYA, berarti engkau tidak punya rasa malu kepada-NYA. Dan engkau meminta dari selain-NYA, disebabkan karena engkau jauh dari-NYA.". Meminta kepada Allah Ta'ala yang dimaksudkan di sini adalah atas apa yang telah menjadi

404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /doa-agar-kaya-raya-Blog-6786294" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text

GantunglahHarapan Hanya kepada ALLAH. by Admin-Desember 15, 2017. 0. GANTUNGLAH HARAPAN HANYA KEPADA ALLAH. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuturkan : Tak ada cinta yang paling abadi, kecuali cinta seorang hamba kepada Allah. Seorang pencinta tak akan meninggalkan kekasihnya, baik saat suka maupun saat derita.

404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /part-time-dental-jobs-in-hyderabad-Tpis-7797357" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text
Ketenanganjiwa menjadi harapan banyak orang di masa-masa sulit seperti ini. Di masa pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir, kesulitan dalam hidup dihadapi banyak orang. dengan hati yang tulus ikhlas fokus hanya mengharapkan ridha-Nya. bertaqwa kepada Allah, giat ikhlas beribadah, mendapat hidayah dan ridha-Nya. Aamiin 15 Sabtu Okt 2016 Posted in Tak Berkategori ≈ Komentar Dinonaktifkan pada GANTUNGKANLAH HARAPANMU PADA ALLAH SWT … RENUNGAN MENYAMBUT MALAM MINGGU KITA CENDERUNG menggantung harapan pada manusia. Padahal berkali-kali kita dibuat kecewa karena apa yang kita dapatkan tidak seindah apa yang kita harapkan. Menggantungkan harapan pada manusia sama saja menanam benih-benih kecewa. Sebab manusia tiada kuasa melakukan apa-apa, kecuali Allah Swt memberikan inanah bantuan untuknya. Maka, mengapa kita harus berharap pada manusia sementara Allah itulah YANG MAHA KUASA. Mengapa kita harus menggantung asa pada makhluk lemah sama seperti kita sementara Allah, khalik yang maha perkasa. Manusia bukan tempat berharap. Apalagi harapan pada manusia membuat kita lupa pada Allah, Tuhan pemilik alam semesta. Tidak layak kita berharap pada manusia. Maka jangan salahkan siapa-siapa tatkala kita merasa hina atau dihanakan karena merengek-rengek pada manusia. Trauma berharap. Karena yang ada hanya kekecewaan dan penyesalan. Box PHP makin padat. Mangsanya makin banyak. Dunia alay makin ramai. Setiap orang punya harapan. tentu saja ketika harapan itu terjadi bahagia akan menghiasi diri. apakah harapanmu? apapun itu, takkan sama dengan orang lain. pertanyaan penting adalah kepada siapakah harapanmu? kepada siapa engkau gantungkan harapanmu? sekuat apa harapanmu engkau berikan? Sekali lagi, harapan akan berjalan beriringan dengan kenyataan. Itu artinya di balik harapan, mestinya bersedia tuk mengoleksi kata kecewa. Mengapa? Karena jika harapan tak sesuai dengan kenyataan maka kata-kata itulah yang akan menghiasi. Namun, akan berbeda keadaannya tergantung kepada siapa kita bergantung. Apakah kepada manusia? Apa kehebatan seorang manusia? sehebat mana ia mengatur hidupnya dan merencanakan masa depan? sekuat mana manusia mengatur titah taqdir? Selihai apa mengatur gradasi perasaannya? Tak banyak …. manusia boleh berencana, tetapi pada akhirnya rencananya akan sesuai dengan efek usahanya dan do’anya. Manusia bukan aktor utama penentu. Bagaimanapun seseorang menjaga perasaannya, toh perasaannya bukanlah terbuat dari ukiran baja yang takkan lapuk dimakan waktu. Sewaktu waktu bisa berubah, bisa berbalik dan bisa menentang. Selagi mata manusia menengadah keindahan, maka sampai batas itu, rayuan berubah akan selalu ada. sehebat apapun ia, manusia tetaplah manusia. ego dengan pilihannya. Berharaplah pada Allah … Gantungkan harapan pada-Nya. Karena Ia Maha Kuasa … Jangan berharap pada manusia … Jangan gantungkan harapan pada MANUSIA … Karena ia makhluk lemah yang tiada kuasa … Berharap pada manusia akan membuatmu kecewa … Berharap pada manusia akan membuatmu hina … Percayalah… Makanya.. jangan berharap pada manusia. Karena kosakata kecewa, marah, benci, bahkan dendam setiap saat akan menghantui. Meski kosakata bahagia, senyum, tawa tetap ada. Berharaplah pada Allah. Tak akan kau temui perbendaharaan kosakata yang akan menyakitimu. Jiwamu akan tenang. Tak ada bias disana. Tak ada gradasi kesenangan. Allah pemilik segalanya, Dialah maha kuasa atas segalanya, dan Dialah pembuat ketetapan atas taqdirmu. Maka selagi Ia tempatmu bergantung, maka yang akan kau temui adalah yang terbaik, Kembalilah padaNya. Gantungkan harapanmu hanya pada-Nya semata. Yakin senyummu akan selalu merekah. Harapan itu masih ada. Laa haula wa laa Quwaata illa billahil aliyil adhiem. TM =================
Sayamerujuk kepada laporan media mengenai siasatan Suruhanjaya Pencegahan Rasuah Malaysia (SPRM) ke atas seorang pegawai kanan kepada YB Mohamad Sabu, Menteri Pertahanan seperti yang dilaporkan Malaysiakini. Kes ini, walaupun boleh memalukan Pakatan Harapan, boleh juga diambil pengajaran dalam usaha kita memperkukuhkan lagi Pakatan Harapan
Giat bekerja atau berusaha. Foto istimewa Oleh Ahmad Fuad Effendi Jika kamu telah selesai melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah pekerjaan lain dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. Asy-Syarh 7-8 - Tema pokok dari surat Asy-Syarh adalah penguatan kepada Rasulullah SAW agar tetap tegar dalam menjalankan misi dakwah Islam, meskipun tantangan yang dihadapinya sangatlah berat. Penguatan itu diberikan dengan mengingatkan betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada beliau. “Bukankah telah Kami lapangkan dadamu, dan Kami ringankan beban yang memberatkan pundakmu, dan telah Kami tinggikan sebutan namamu…” Asy-Syarh 1-4. Kemudian Allah menegaskan salah satu kaidah atau hukum-Nya yang pasti, “Maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” Asy-Syarh 5-6. Baru kemudian diikuti dengan dua perintah,“Jika kamu telah selesai melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah pekerjaan yang lain dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap”. Perintah pertama, “Fa idza faraghta fanshab”. Ada yang mempersempit makna ayat ini dengan mengartikannya, “Jika kamu telah melakukan satu ibadah maka lakukanlah ibadah yang lain dengan sungguh-sungguh”, dengan diberi contoh “setelah selesai shalat, berdzikir dan berdoalah. Selesai berdzikir dan berdoa, bacalah Al-Qur`an”. Baca Jangan Asal Kerja, Ini Pekerjaan Paling Baik Menurut Nabi Akan tetapi keumuman redaksi ayat ini harus dimaknai lebih luas, menyangkut semua aktivitas manusia, tidak terbatas pada ibadah mahdhah. Inti dari perintah pertama ini menurut hemat penulis adalah tuntunan kepada orang beriman agar “jangan biarkan waktu berlalu tanpa melakukan sesuatu yang berguna”. Dengan kata lain, melakukan pekerjaan yang melahirkan kebaikan-kebaikan, atau beramal saleh amilush-shalihat. Amal saleh juga jangan dipersempit artinya dengan ibadah mahdhah atau pekerjaan-pekerjaan “ukhrawi”, tapi mencakup semua pekerjaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan “duniawi”. Dari kaidah “Fa idza faraghta fanshab” ini bisa diturunkan beberapa prinsip dalam praktik kehidupan, antara lain sebagai berikut. “Istirahat adalah ganti pekerjaan”. Seorang guru, sekadar contoh, setelah selesai mengajar di kelas, dia duduk di ruang guru mengoreksi pekerjaan siswa, setelah itu berbincang sejenak dengan rekan sesama guru atau membuka WhatsApp untuk bermedia sosial. Waktu yang tersisa digunakan untuk membuat persiapan mengajar, kemudian berjalan-jalan di sekitar gedung sekolah untuk meregangkan otot setelah duduk beberapa jam sambil menuju mushalla untuk melakukan shalat dhuha. Intinya, semua waktu digunakan untuk sesuatu yang berguna, tidak ada yang sia-sia. Bermedia sosial untuk tujuan memperoleh informasi dan silaturahmi juga pekerjaan yang berguna. Jalan-jalan untuk relaksasi juga pekerjaan yang berguna. Berbagai bentuk hiburan yang dibenarkan oleh syariat, seperti berolah raga, bermusik, berwisata, adalah juga bagian dari pekerjaan yang berguna, karena tujuan utamanya adalah re-kreasi, yaitu menghilangkan letih agar sesudah itu bisa menjalankan ibadah dan pekerjaan dalam keadaan segar dan bersemangat. Prinsip berikutnya adalah “jangan menunda pekerjaan”. Pekerjaan yang bisa dilakukan hari ini, jangan ditunda sampai besok. Nanti, nanti, nanti; besok, besok, besok; hanya ada dalam kamus para pemalas. Jangan menunda pekerjaan sampai kehabisan waktu, kehilangan kesempatan, atau kedaluwarsa. Menunda-nunda pekerjaan menyebabkan menumpuknya pekerjaan dan terbengkalainya pekerjaan. Menunda-nunda shalat sampai detik-detik terakhir atau injury time adalah kebiasaan yang buruk. Menunda-nunda bayar utang, termasuk utang puasa, bisa berakibat hilangnya kesempatan karena Ramadhan berikutnya telah tiba, apalagi kalau menyangkut hak-hak adami, hutang akan dibawa sampai hari kiamat. Nabi shallallahu alaihi wasallam mengingatkan kita semua “Gunakanlah lima hal sebelum datangnya lima hal masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, longgarmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu”. Al-Hakim. Giat Bekerja atau Berusaha Prinsip ketiga adalah “jangan pernah menganggur”. Yang dimaksud menganggur bukan tidak menjadi PNS, tidak kerja di perusahaan atau pabrik dan sejenisnya. Yang dimaksud menganggur adalah membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan sesuatu yang berguna, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ketika anda melakukan sesuatu meskipun tidak berbayar atau bergaji, tapi bermanfaat untuk diri sendiri dalam jangka pendek atau jangka panjang, bermanfaat bagi orang lain, banyak atau sedikit, maka anda tidaklah disebut penganggur. Jika anda tidak disibukkan oleh kegiatan yang berguna, maka anda pasti akan disibukkan oleh kegiatan yang berbahaya atau setidaknya tidak berguna. Di akhirat nanti setiap orang akan diminta pertanggung jawaban tentang untuk apa dihabiskannya umurnya. Adapun perintah kedua “Wa ila Rabbika farghab”, mengarahkan orang beriman agar menggantungkan harapannya hanya kepada Allah SWT. Hanya kepada Allah lah dia bersandar. Hanya kepada Allah lah dia berlindung. Karena hanya Allah lah tempat bersandar, penjamin harapan, pemberi perlindungan yang paling aman. Manusia akan tetap resah dan gelisah jika antara dirinya dengan Allah masih terhalang oleh tabir kebodohan dan ketidakpahaman terhadap Rabbnya. Siapa yang melupakan Allah, maka Allah akan membuat dia lupa kepada dirinya sendiri. Adakah manusia yang bisa mengelak atau bersembunyi dari Allah di hari perhitungan? Di hari itu, kepada siapa manusia minta perlindungan dari hukuman Allah? Tiada lain hanya kepada Allah juga. Allah SWT memberikan berbagai jaminan kepada hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya, menyandarkan diri kepada-Nya, dan memohon perlindungan dari-Nya. “Ingatlah kepada-Ku, Aku akan mengingatmu” Al-Baqarah 152. “Jika kalian menolong agama Allah, Allah akan menolong kalian” Muhammad 7. “Berpeganglah pada Allah, Dialah Pelindungmu, sungguh Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” Al-Haj 78. “Dia lah yang menurunkan ketenteraman ke dalam hati orang-orang agar iman mereka bertambah-tambah kuat” Al-Fath 4. Dan terdapat puluhan ayat lagi yang berisi jaminan Allah akan memberikan perlindungan, rasa aman, kecukupan hidup, dalam kehidupan dunia kepada orang-orang yang sungguh-sungguh beriman Baca Pekerjaan yang Baik Menurut Rasulullah Adapun jaminan Allah kepada orang-orang beriman yang istiqamah dengan imannya, dalam kehidupan akhirat, antara lain keringanan dalam sakaratul maut, “Yaitu orang-orang yang diwafatkan dalam keadaaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan kepada mereka selamat atas kalian, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’” An-Nahl 32; janji surga, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Allah Tuhan kami, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan janganlah kalian merasa takut dan merasa sedih. Bergembiralah kalian dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” As-Shaffat 30; wajah bahagia berseri-seri, “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan merekalah mereka melihat” Al-Qiyamah 22-23, “Banyak muka pada hari itu berseri-seri tertawa dan gembira ria” Abasa 38-39. Ringkas kata, untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, modalnya cukup dengan terus menerus bekerja untuk kebaikan dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah semata. [dutaislam/ka] GANTUNGLAHHARAPAN HANYA KEPADA ALLAH Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuturkan: "Jika engkau masih merasa takut dan berharap pada manusia, maka dia menjadi tuhanmu. Jika engkau masih menghadapkan hatimu pada harta dunia, maka engkau adalah budaknya, dan dia menjadi tuhanmu. Tak ada cinta yang paling abadi, kecuali cinta seorang hamba kepada Allah.
Sign in / Join Sign inWelcome! Log into your accountyour usernameyour password Forgot your password? Get helpPassword recoveryRecover your passwordyour email A password will be e-mailed to you. HomeBeritaReferensiAL QuranHadistPanduanKajianKonsultasiKisahBuku IslamKajian Audio Ooops... Error 404 Sorry, but the page you are looking for doesn't exist. You can go to the HOMEPAGEOUR LATEST POSTS KajianKesetaraan Gender, Islam dan Kepemimpinan Perempuan di Jawa PanduanSatu Kambing Bisa untuk Qurban Satu Keluarga KajianPerintah Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah KajianDilema Muslim Indonesia Timur Menunggu Sidang Isbat PanduanYang Paling Berhak Memberi Nama Anak KonsultasiBatasan Usia Hewan KurbanAboutContact Us © Copyright 2020 All Rights Reserved.
GantungkanHarapan Kepada Allah (1) 11 April 2022 04:35 . SHARE NOW. Asmaul Husna Metro TV episode kali ini membahas asmaul husna Al-Jabbar: Yang Memiliki Mutlak Kegagahah dalam tema "Gantungkan Harapan Kepada Allah" bersama Ustaz Taufiqurrahman. RECOMMENDED VIDEO. Indonesia Stop Kirim Pekerja Migran, Malaysia: Ada 15 Negara Lain yang Kirim

Jika kamu telah selesai melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah pekerjaan lain dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. Asy-Syarh 7-8Tema pokok dari surat Asy-Syarh adalah penguatan kepada Rasulullah Saw agar tetap tegar dalam menjalankan misi dakwah Islam, meskipun tantangan yang dihadapinya sangatlah berat. Penguatan itu diberikan dengan mengingatkan betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada beliau. “Bukankah telah Kami lapangkan dadamu, dan Kami ringankan beban yang memberatkan pundakmu, dan telah Kami tinggikan sebutan namamu…” Asy-Syarh 1-4. Kemudian Allah menegaskan salah satu kaidah atau hukum-Nya yang pasti, “Maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” Asy-Syarh 5-6. Baru kemudian diikuti dengan dua perintah,“Jika kamu telah selesai melakukan suatu pekerjaan, maka lakukanlah pekerjaan yang lain dengan sungguh-sungguh. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap”.Perintah pertama, “Fa idza faraghta fanshab”. Ada yang mempersempit makna ayat ini dengan mengartikannya, “Jika kamu telah melakukan satu ibadah maka lakukanlah ibadah yang lain dengan sungguh-sungguh”, dengan diberi contoh “setelah selesai shalat, berdzikir dan berdoalah. Selesai berdzikir dan berdoa, bacalah Al-Qur`an”. Akan tetapi keumuman redaksi ayat ini harus dimaknai lebih luas, menyangkut semua aktivitas manusia, tidak terbatas pada ibadah mahdhah. Inti dari perintah pertama ini menurut hemat penulis adalah tuntunan kepada orang beriman agar “jangan biarkan waktu berlalu tanpa melakukan sesuatu yang berguna”. Dengan kata lain, melakukan pekerjaan yang melahirkan kebaikan-kebaikan, atau beramal saleh amilush-shalihat. Amal saleh juga jangan dipersempit artinya dengan ibadah mahdhah atau pekerjaan-pekerjaan “ukhrawi”, tapi mencakup semua pekerjaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan “duniawi”.Dari kaidah “Fa idza faraghta fanshab” ini bisa diturunkan beberapa prinsip dalam praktik kehidupan, antara lain sebagai berikut. “Istirahat adalah ganti pekerjaan”. Seorang guru, sekadar contoh, setelah selesai mengajar di kelas, dia duduk di ruang guru mengoreksi pekerjaan siswa, setelah itu berbincang sejenak dengan rekan sesama guru atau membuka WhatsApp untuk bermedia sosial. Waktu yang tersisa digunakan untuk membuat persiapan mengajar, kemudian berjalan-jalan di sekitar gedung sekolah untuk meregangkan otot setelah duduk beberapa jam sambil menuju mushalla untuk melakukan shalat dhuha. Intinya, semua waktu digunakan untuk sesuatu yang berguna, tidak ada yang sia-sia. Bermedia sosial untuk tujuan memperoleh informasi dan silaturahmi juga pekerjaan yang berguna. Jalan-jalan untuk relaksasi juga pekerjaan yang berguna. Berbagai bentuk hiburan yang dibenarkan oleh syariat, seperti berolah raga, bermusik, berwisata, adalah juga bagian dari pekerjaan yang berguna, karena tujuan utamanya adalah re-kreasi, yaitu menghilangkan letih agar sesudah itu bisa menjalankan ibadah dan pekerjaan dalam keadaan segar dan berikutnya adalah “jangan menunda pekerjaan”. Pekerjaan yang bisa dilakukan hari ini, jangan ditunda sampai besok. Nanti, nanti, nanti; besok, besok, besok; hanya ada dalam kamus para pemalas. Jangan menunda pekerjaan sampai kehabisan waktu, kehilangan kesempatan, atau kedaluwarsa. Menunda-nunda pekerjaan menyebabkan menumpuknya pekerjaan dan terbengkalainya pekerjaan. Menunda-nunda shalat sampai detik-detik terakhir atau injury times adalah kebiasaan yang buruk. Menunda-nunda bayar utang, termasuk utang puasa, bisa berakibat hilangnya kesempatan karena Ramadhan berikutnya telah tiba, apalagi kalau menyangkut hak-hak adami, hutang akan dibawa sampai hari kiamat. Nabi shallallahu alaihi wasallam mengingatkan kita semua “Gunakanlah lima hal sebelum datangnya lima hal masa mudamu sebelum datang masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, longgarmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu”. Al-HakimPrinsip ketiga adalah “jangan pernah menganggur”. Yang dimaksud menganggur bukan tidak menjadi PNS, tidak kerja di perusahaan atau pabrik dan sejenisnya. Yang dimaksud menganggur adalah membiarkan waktu berlalu tanpa melakukan sesuatu yang berguna, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Ketika anda melakukan sesuatu meskipun tidak berbayar atau bergaji, tapi bermanfaat untuk diri sendiri dalam jangka pendek atau jangka panjang, bermanfaat bagi orang lain, banyak atau sedikit, maka anda tidaklah disebut penganggur. Jika anda tidak disibukkan oleh kegiatan yang berguna, maka anda pasti akan disibukkan oleh kegiatan yang berbahaya atau setidaknya tidak berguna. Di akhirat nanti setiap orang akan diminta pertanggungjawaban tentang untuk apa dihabiskannya perintah kedua “wa ila Rabbika farghab”, mengarahkan orang beriman agar menggantungkan harapannya hanya kepada Allah Swt. Hanya kepada Allah lah dia bersandar. Hanya kepada Allah lah dia berlindung. Karena hanya Allah lah tempat bersandar, penjamin harapan, pemberi perlindungan yang paling aman. Manusia akan tetap resah dan gelisah jika antara dirinya dengan Allah masih terhalang oleh tabir kebodohan dan ketidakpahaman terhadap Rabbnya. Siapa yang melupakan Allah, maka Allah akan membuat dia lupa kepada dirinya sendiri. Adakah manusia yang bisa mengelak atau bersembunyi dari Allah di hari perhitungan? Di hari itu, kepada siapa manusia minta perlindungan dari hukuman Allah? Tiada lain hanya kepada Allah Swt memberikan berbagai jaminan kepada hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya, menyandarkan diri kepada-Nya, dan memohon perlindungan dari-Nya. “Ingatlah kepada-Ku, Aku akan mengingatmu” Al-Baqarah 152. “Jika kalian menolong agama Allah, Allah akan menolong kalian” Muhammad 7. “Berpeganglah pada Allah, Dialah Pelindungmu, sungguh Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong” Al-Haj 78. “Dia lah yang menurunkan ketenteraman ke dalam hati orang-orang agar iman mereka bertambah-tambah kuat” Al-Fath 4. Dan terdapat puluhan ayat lagi yang berisi jaminan Allah akan memberikan perlindungan, rasa aman, kecukupan hidup, dalam kehidupan dunia kepada orang-orang yang sungguh-sungguh berimanAdapun jaminan Allah kepada orang-orang beriman yang istiqamah dengan imannya, dalam kehidupan akhirat, antara lain keringanan dalam sakaratul maut, “Yaitu orang-orang yang diwafatkan dalam keadaaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan kepada mereka selamat atas kalian, masuklah kamu ke dalam sorga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan’” An-Nahl 32; janji sorga, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Allah Tuhan kami, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan janganlah kalian merasa takut dan merasa sedih. Bergembiralah kalian dengan memperoleh sorga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.” As-Shaffat 30; wajah bahagia berseri-seri, “Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan merekalah mereka melihat” Al-Qiyamah 22-23, “Banyak muka pada hari itu berseri-seri tertawa dan gembira ria” Abasa 38-39.Ringkas kata, untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, modalnya cukup dengan terus menerus bekerja untuk kebaikan dan menggantungkan harapan hanya kepada Allah semata.

GantunglahHarapan Hanya Kepada Allah . by Admin-April 16, 2018. 0. GANTUNGLAH HARAPAN HANYA KEPADA ALLAH. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menuturkan:

Alloh Ta’ala berfirman وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا “Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka musuhmu. jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan pula, sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” an-Nisa 104 Saudaraku Fillah…. Secara tersurat, ayat ini berbicara tentang para singa-singa Allah yang bertempur di jalan-Nya. Ayat ini secara tegas melarang para mujahidin untuk berperilaku merasa lemah, pesimis dan merasa tidak berdaya dalam mengahadapi musuh-musuh Allah. Karena, sudah menjadi sunnatullah ketetapan Allah dalam peperangan yang terjadi antara dua kubu, akan ada di antara para mujahidin yang terluka bahkan ada yang gugur sebagai para syuhada. Maka, hendaknya kondisi ini, tidak lantas membuat mereka menjadi patah arang, lemah semangat apalagi sampai lari dari medan pertempuran. Karena pada saat yang sama, di kubu musuhpun megalami nasib yang sama, dan terkadang jauh lebih tragis. Akan tetapi, ada satu perkara yang akan menjadi pembeda antara para mujahidin dan musuh-musuhnya. Yaitu rasa berharap yang digantungkan para mujahidin hanya kepada Allah. Di mana, rasa berharap ini tidak dimiliki oleh musuh-musuh Allah. Dan di antara harapannya yang niscaya terjadi selain pahala yang melimpah adalah mendapatkan kemenagan atau gugur sebagai syuhada. Inilah yang menjadi kata kunci bagi bangkitnya semangat para mujahidin untuk kembali ke jalur pertempuran dengan semangat juang yang tinggi dan lebih bergairah lagi. Saudaraku Fillah…. Walaupun secara tersurat ayat di atas secara khusus berbicara tentang pelajaran bagi para mujahidin. Tetapi secara tersirat, ayat ini juga mengandung pelajaran bagi umat Islam pada umumnya. Terutama yang berkaitan dengan sikap berharap kepada Allah. Ayat ini sangat cocok untuk menjadi motivator bagi kita semua. Baik pria maupun wanita. Baik anak muda maupun orang tua. Baik sebagai pedagang, tukang ojeg, guru, maupun profesi-profesi lainnya. Dan tidak diragukan lagi, bahwa masing-masing kita pasti memiliki harapan atau cita -cita dalam kehidupan dunia ini. Mungkin ada di antara kita yang berharap untuk menjadi dokter. Ada yang ingin menjadi pedagang sukses. Ada yang ingin menjadi guru teladan dan lain sebagainya. Bahkan dalam pengertian yang luas, masing-masing kita memiliki harapan yang banyak dan beragam sekali dari mulai yang biasa sampai yang luar biasa. Usaha Harus Selalu Mengiringi Harapan Pada dasarnya, semua harapan yang kita cita-citakan baik yang biasa maupun yang luar biasa, ingin dapat dihadirkan ke alam realita. Dan untuk mewujudkannya perlu adanya usaha yang maksimal sesuai dengan sunnatullah yang ada. Jika harapan kita adalah menjadi orang kaya, maka kita harus bekerja keras. Jika harapan kita adalah ingin menjadi orang pandai, maka kita harus rajin belajar dan seterusnya. Akan tetapi, dalam pandangan Islam. seseorang dianggap tidak cukup hanya mengandalkan kerja kerasnya untuk menjadi orang kaya. Seseorang juga tidak cukup hanya mengandalkan rajin belajarnya untuk menjadi orang pandai. Karena kita semua menyadari tentang hakikat diri-diri kita, yaitu makhluk yang lemah. Sehebat apapun kerajinan dan kesungguhan seseorang dalam belajar. Dan sekuat apapun tenaga yang dikeluarkan untuk bekerja keras, namun tetap itu semua tidak mengubah status kita di mata Allah sebagai makhluk yang diciptakan dalam kondisi lemah; simaklah baik-baik firman Allah; Tuhan Pencipta kita semua وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا “Dan manusia dijadikan bersifat lemah.” an-Nisa 28. Dan faktanya, terkadang kita semua mengalami perkara-perkara yang jauh dari harapan yang sudah ditetapkan. Harapan yang secara matematis, akan begitu mudah untuk diwujudkan. Harapan yang secara logis-empiris, begitu gampang untuk direalisasikan. Tetapi kenyataan berbicara lain. Harapan tersebut terkadang 50 % terwujud, bahkan pada tataran tertentu, harapan tersebut telah pupus untuk diwujudkan. Sehingga terkadang melahirkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam, yang pada gilirannya akan menimbulkan rasa putus asa. Oleh karena itu, untuk menghindari hal ini, di samping terus menerus berdoa, seorang muslim harus menggantungkan seluruh harapannya hanya kepada Allah. Dan menggantungkan harapan kepada Allah tidak hanya dilakukan pada saat-saat terjepit, genting atau menemui jalan buntu. Tetapi sejatinya, harapan tersebut dilakukan oleh kita semua dalam setiap kondisi. Baik sebelum berusaha untuk meraih harapan tersebut, di tengah-tengah perjalanan melakukannya dan setelah berusaha. Inilah potret muslim sejati yang mengiringi seluruh harapannya dengan ketergantungan kepada Allah. Sehingga hal ini akan melahirkan ketenagan, kepuasan bahkan kebahagiaan dalam jiwanya, walaupun harapan tersebut pudar di tengah jalan atau gagal sama sekali. Saudaraku Fillah… Berharap kepada Allah adalah Ibadah Menggantungkan harapan kepada Allah adalah sebuah sikap yang dibutuhkan oleh setiap kita, terutama di saat-saat genting. Jika kita seorang pedagang, maka untuk menghindari kekecewaan yang mendalam karena kerugian yang besar misalnya; kita butuh sikap berharap hanya kepada Allah. Jika kita adalah seorang mahasiswa, ketika nilai ujian rendah misalnya; kita butuh rasa berharap hanya kepada Allah. Bahkan jika kita seorang dai sekalipun, menggantungkan harapan hanya kepada Allah adalah sebuah kebutuhan primer. Sehingga dapat mengobati kekecewaan kita, jika ada di antara objek dakwah kita yang jauh dari harapan yang kita inginkan. Di samping mendatangkan ketenagan jiwa, berharap kepada Allah pada dasarnya adalah bagian dari peribadatan hati seorang hamba kepada Allah. Di mana, dalam Istilah syar’i dikenal dengan kata al-rajâ’ berharap. Kata ini, bersamaan dengan al-khouf takut dan al-mahabbah cinta memiliki posisi yang strategis dan fundamental dalam struktur bangunan Islam yang harus senantiasa mengiringi derap langkah seorang hamba dalam mengarungi samudra kehidupan yang begitu berliku-liku. Jadi, gantugkanlah setinggi mungkin harapan kita hanya kepada Allah. Karena Dia-lah satu-satunya Dzat yang pantas untuk kita arahkan seluruh harapan. Dan harapan yang paling utama adalah perjumpaan dengan Allah. Inilah harapan yang paling tinggi yang harus menghujam di dalam dada-dada kita sehingga kebahagiaan tiada tara di surga-Nya adalah suatu hal yang mutlak untuk kita raih. Wallohu a’lam.
Sejakzaman Nabi Nuh AlaihisSalam menyeru kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada berhala-berhala. Nabi Nuh berada di tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun. Beliau menyeru kaumnya kepada tauhid, tetapi peneri-maan mereka sungguh di luar harapan. Secara jelas Al-Qur'an meng-gambarkan
Oleh ABDILLAHOLEH ABDILLAH Dalam menjalani kehidupan, sering kali kita dihadapkan dengan berbagai masalah. Kesusahan datang mendera, kesulitan tidak terelakan, kekecewaan timbul karena gagalnya harapan. Badai pandemi yang tak kunjung hilang dan ditambah dengan keadaan ekonomi yang tak membaik, saat seperti ini, Allah-lah labuhan perlindungan terbaik. Tempat bergantung saat kesulitan mengimpit. Jadikanlah Allah sebagai tempat meminta di kala kita kepayahan. Allah SWT berfirman "Katakanlah Muhammad, 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu'." QS al-Ikhlas 1-2. Menjadikan Allah sepenuhnya sebagai tempat bergantung adalah puncak tertinggi tauhid. Bagi Muslim, penyerahan semua urusan kehidupan kepada Allah adalah keharusan. Sebaliknya, menggantungkan segala persoalan kepada manusia adalah kesalahan. Jangan menjadikan manusia sebagai naungan dan tambatan harapan. Tak sepatutnya meminta pertolongan dan perlindungan kepada sesama manusia. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda “Apabila engkau shalat, maka shalatlah seolah-olah shalat perpisahan, dan jangan mengucapkan ucapan yang esok hari engkau akan menyesalinya dan jangan bergantung kepada manusia.” HR Ahmad dan Ibnu Majah. Dalam hadis di atas, Nabi mengisyaratkan untuk tidak bergantung kepada manusia. Menyandarkan diri kepada sesama banyak ruginya. Kalau kita bergantung kepada manusia karena jabatan, kekuasaannya akan berakhir. Kalau kita bergantung karena kekayaannya, kemungkinan hilang. Menggantungkan harapan kepada manusia akan berakhir dengan kekecewaan. Pun, demikian akan mendatangkan kehinaan dan kerendahan. Inilah inti dari kata mutiara yang pernah disampaikan Sayyidina Ali bin Abi Thalib “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” Gantungkan harapan dan cita-cita sepenuhnya kepada Allah semata, sebagaimana lisan kita selalu memohon kepada Allah. Raihlah kehormatan dan kewibaan dengan hanya mengharap pertolongan-Nya. Tambatkan hati kita hanya kepada-Nya dan bukan kepada yang lainnya. Bertawakallah kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhan kita di dunia dan akhirat. “Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluan-nya.” QS ath-Thalaq 3. Menghadaplah kepada Allah saat susah dan gelisah. Berdoalah agar Allah mudahkan semua urusan dan kebutuhan kita. Nabi SAW bersabda “Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah. Dan, jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” HR Ahmad. Sebagai Muslim, kita harus terus melibatkan Allah dalam semua hal. Kita membutuhkan pertolongan Allah yang Mahakaya. Sungguh, kita tak punya kuasa saat kesusahan menyapa. Allah-lah tempat yang tepat untuk kita meminta dan bernaung saat menderita. Allah berfirman “Wahai manusia! Kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Mahakaya tidak memerlukan sesuatu, Maha Terpuji." QS Fathir 15. Wallahu a’lam. Pembahasanmasalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Gantungkan Harapanmu Hanya Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala [] Balas. Gangguan Jin 'Penunggu' dan Cara Mengatasinya « Kebun Hidayah November 26, 2011 At 10:02 pm [] Pembahasan masalah ini lebih luas dapat didownload dalam artikel Gantungkan
Banyak yang belum mengetahui bahwa ternyata harapan kepada sesuatu termasuk ibadah. Bagaimana bisa demikian ? dan dari sisi mana harapan ini masuk dalam jenis ibadah ? Mari kita lihat penjelasan ringkasnya. Ibadah Berharap “اَلرَّجَاءُ” Kalimat “اَلرَّجَاءُ” bermakna sangat menginginkan atau mengharap terwujudnya sesuatu yang dicintai. Roja atau harapan ini mengandung makna merendahkan diri dan tunduk. Sehingga roja tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah ta’ala. Berharap yang padanya ada ketundukkan dan merendahkan diri karena dia sangat berharap kepada selain Allah adalah perbuatan syirik. Walaupun pada temaptnya berharap tadi Allah telah jadikan sebab-sebab ia mendapatkan harapannya. Karena sebab-sebab terwujudnya harapan tidak akan mampu mewujudkan harapan pada dirinya sendiri, namun ia butuh sesuatu yang lain yang bisa membantunya. Dan segala yang menghalangi terwujudnya harapan tidak boleh ada atau hilang. Dan semua itu hilangnya semua penghalang terwujudnya harapan tidak akan terjadi kecuali dengan kehendak Allah” [Majmu’ al fatawa Ibnu Taimiyah 10/256] Apa yang disebutkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah akan nampak jelas dengan contoh harapan yang disebutkan di dalam al Qur’an. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb nya” [QS. Al Kahfi 110] Ayat ini menerangkan bahwa untuk mendapatkan sebuah harapan yaitu bertemu dengan Allah, maka seseorang harus menempuh sebab. Dan sebab seorang bertemu dengan Allah adalah ketika ia mampu masuk ke dalam syurga. Dan untuk masuk ke dalam syurga seseorang harus beramal shalih. Namun apa ini cukup ? Ternyata belum kawan. Kenapa ? karena masih ada penghalang masuk syurga yang harus kita singkirkan. Yaitu perbuatan syirik atau menduakan Allah subhanahu wata’ala. Orang yang menduakan Allah akan terhalang masuk ke dalam syurga. Allah ta’ala berfirman, إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka Allah akan mengharamkan surge baginya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim seorang penolong pun” [QS. Al Maidah 72] Jadi orang ingin melihat Allah pada hari kiamat, maka dia harus beramal shalih dan meninggalkan kesyirikan yang merupakan penghalang seseorang masuk ke dalam syurga serta penghalang untuk melihat Allah subhanahu wata’ala. Dan ini berkaitan dengan kehendak Allah. Jika Allah menghendaki dan membantu kita, maka kita dimudahkan meraih apa yang kita harapkan. Namun jika tidak, maka harapan tinggal harapan. Sehigga ketika seseorang mengharap sesuatu dari orang lain, hendaklah ia hanya melihat orang lain itu sebagai sebab, dan dia menggatungkan harapannya hanya kepada Allah yang menentukan siapa yang berhak meraih harapannya dan siapa yang diharamkan dari mencapai harapan. Nggak Cukup Hanya Berharap Ayat ini juga mengisyaratkan kepada kita bagaimana sebuah harapan harus dikawal dengan adanya usaha. Yah…usaha untuk meraih harapan. Harapan ketemu Allah ddan ushanya adalah beramal shalih dan meninggalkan kesyirikan yang menghalangi harapan. Orang yang menyadarkan harapannya kepada selain Allah dan menyakini bahwa yang selain Allah akan mampu mewujudkan harapannya tanpa bantuan Allah, maka orang tersebut telah berbuat kesyirikan dalam ibadah roja atau berharap. Maka berharaplah hanya kepada Allah. Wallahu a’lam
.
  • hvx0ebyiry.pages.dev/821
  • hvx0ebyiry.pages.dev/587
  • hvx0ebyiry.pages.dev/352
  • hvx0ebyiry.pages.dev/103
  • hvx0ebyiry.pages.dev/174
  • hvx0ebyiry.pages.dev/52
  • hvx0ebyiry.pages.dev/615
  • hvx0ebyiry.pages.dev/139
  • hvx0ebyiry.pages.dev/432
  • hvx0ebyiry.pages.dev/165
  • hvx0ebyiry.pages.dev/414
  • hvx0ebyiry.pages.dev/485
  • hvx0ebyiry.pages.dev/926
  • hvx0ebyiry.pages.dev/725
  • hvx0ebyiry.pages.dev/99
  • gantungkan harapan hanya kepada allah